Kamis, 26 November 2020

Tugas 1.3.a.9 Koneksi Antar Media

 Tugas 1.3.a.9 Koneksi Antar Media

Salam dan Bahagia..

Ki Hajar Dewantara dalam majalah “Keloearga” tahun 1937 menyatakan sebuah frasa “peralatan pendidikan”. Beliau menjelaskan, apa yang dimaksud yaitu cara-cara mendidik yang sebetulnya ada beraneka-ragam cara namun beliau membaginya menjadi 6 cara utama sebagai berikut:

  1. Memberi contoh
  2. Pembiasaan
  3. Pengajaran
  4. Perintah, paksaan dan hukuman
  5. Laku
  6. Pengalaman lahir dan batin

Beliau menyatakan bahwa alat-alat itu tidak perlu dipergunakan semua, beliau pun menyampaikan bahwa ada yang tidak sepakat terutama dengan penggunaan cara nomor 4. Beliau pun menyatakan penggunaan cara-cara tersebut harus dihubungkan dengan jenjang usia murid.

Dari pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut Saya dapat ambil kesimpulan bahwa prakarsa yang Anda telah buat bersama segenap komunitas di sekolah Saya dalam bentuk rencana IA yang dimaksudkan untuk menumbuhkan murid merdeka  di sekolah, perlu diejawantahkan dalam bentuk yang beragam dan paling cocok untuk sekolah Saya.

Berikut Contoh Tugas 5 Perubahan yang akan dilaksanakan di sekolah, Rancangan Aksi Nyata yang akan saya lakukan di sekolah dan Koneksi Antarmateri dari Modul sesuai dengan Pemikiran Kihadjar Dewantara dengan dikaitan Rancangan Model BAGJA dengan Pendekatan Inkuiri Apresiatif.





Tugas yang saya kerjakan masih jauh dari kata sempurna, Semoga Bapak/Ibu guru dapat memberi masukkan agar saya dapat memperbaiki di tugas selanjutnya.

Salam dan Bahagia...

Label:

Senin, 23 November 2020

Rancangan Implementasi Model Inkuiri Apresiatif Bagja






Pada bagian ini, Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak akan ditantang untuk menjalankan model manajemen perubahan Inkuiri Apresiatif BAGJA secara nyata bersama komunitas dan pemangku kepentingan di sekolah. Sebagai latihan, Saya diminta untuk menjalankan tahapan BAGJA untuk menghasilkan sebuah rekomendasi perubahan..

Berikut Tugas 1.3.a.7 Demontsrasi Kontekstual - Menerapkan Inkuiri Apresiatif  yang telah saya susun berdasarkan penggalaman yang terjadi di lingkungan tempat saya bertugas dan hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan..








SALAM DAN BAHAGIA

Label:

Jumat, 20 November 2020

Aksi Nyata Penerapan Pemikiran Kihadjar Dewantara

AKSI NYATA MERDEKA BELAJAR

TUGAS 1.1.A.10 AKSI NYATA – PENERAPAN PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA DI KELAS DAN SEKOLAH

 

NOT SCHOLAE SED VITAE DISCIMUS ( BELAJAR BUKAN UNTUK NILAI SEKOLAH NAMUN DEMI NILAI KEHIDUPAN )

Oleh
Dwi Theresia Sipangkar, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan I
SMA Negeri 1 Amlapura
Kab. Karangasem, Bali

A.   Latar Bealakang

Peran Pendidikan sangatlah penting pada kehidupan sehari hari terutama untuk kemajuan Bangsa Indonesia. Perkembangan Pendidikan dari zaman Pra aksara ( Sebelum Menggenal Tulisan ) hingga masa sekarang ini telah banyak menggalami perkembangan yang sangat membantu kehidupan dan pola pemikiran manusia. Awalnya manusia hanya menggandalkan Insting dan penggetahuan alam, lalu munculnya aksara, hingga perkembangan teknologi yang sangat mempengaruhi kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya. Pendidikan dijadikan sebagai media untuk menggembangkan kemampuan dan watak serta peradaban martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk menggembangakan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak, Mulia, Sehat,Berilmu, Cakap, Kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang pertanggung jawab.

Perkembangan teknologi mempengaruhi kemajuan dunia pendidikan saat ini. Sehingga Peran pendidikan di zaman dulu dengan pendidikan zaman sekarang sangatlah berbeda. Peran pendidikan zaman dulu berorientasi pada pembentukan karakter dan akhlak bagi siswa melalui pembelajaran yang dibiasakan dalam kegiatan sehari hari, metode pembelajaran zaman dulu diberikan secara langsung kepada siswa, dan mendengarkan penjelasan dari guru. Namun tidak adanya pada zaman sekarang yang sudah berorientasi pada teknologi, sehingga pendidikan sekarang berorientasi pada nilai akhir yang diperoleh melalui serangkaian nilai tugas dan ujian. Padahal dizaman teknologi ( Milenial ) ini sangatlah penting berinovasi dengan teknologi tanpa menghilangkan pendidikan karakter yang dapat terkikis karena perkembangan zaman menuju era globalisasi dan modernisasi, sedangkan metode pembelajaran sekarang, siswa diberikan ruang gerak ataupun kebebasan untuk mencari ilmu pengetahuan atau informasi sebaganyak mungkin tanpa dibatasi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh gurunya.

Mengamati perkembangan teknologi dan pendidikan, Pemikiran Ki Hadjar Dewantara sangatlah penting diterapkan pada era zaman sekarang. Yang dimana Para pendidik dapat menerapkan Filosofi pendidikan  “ Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa , Ing Ngarsa Sung Tulada “ yang artinya “ Dari Belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan Arahan, pada saat bersama siswa seorang guru harus mampu menciptakan Pra karsa dan Idea dan ketika guru di depan seorang guru harus memberi teladan dan contoh dengan tindakan yang baik”. Jika Filosofi pendidikan tersebut di jalankan dengan Baik maka terciptalah Student Wellbeing yaitu Siswa dan Guru berkolaborasi bersama untuk menggali dan menggembangkan Potensi Murid dan mengakomodasi karakteristik masing masing untuk terciptanya pembelajaran yang berpihak pada siswa dan pembelajaran yang menyenangkan.

Indonesia yang pada saat ini mengalami krisis karakter bangsa yang ditujukan dengan rendahnya Sopan Santun remaja, tawuran dan budaya nyontek serta perilaku yang korupsi juga merupakan perwujutan pendidikan karakter yang sangat miris. Filososfi pendidikan Bapak Kihadjar Dewantara yang berorintasi pada nilai nilai budaya lokal, diharapkan mampu untuk membantu pembentukan karakter. Maka, Peranan Nilai nilai budaya bali yang dijalankan dikehidupan sehari hari mampu membantu menggembangkan pendidikan karaker. Nilai nilai karakter dalam pendidikan akan sejalan dengan nilai budaya bali jika yang terlebih dahulu dijunjung dan dilaksanakan oleh orang bali. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan pendidikan karakter disekolah , nilai nilai budaya tersebut dapat diintegrasikan dalam pembalajaran baik pembelajaran secara Daring maupun pembelajaran secara Luring.

B.    Kegiatan Aksi Nyata

Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu daerah terbentuk sebagai suatu keunggulan budaya masyarakat setempat. Kearifan Lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut dan secara terus menerus dijadikan sebagai Pegangan Hidup. Pengotimalan sekaligus memperkenalkan nilai nilai yang ada pada budaya lokal bali untuk diterapkan pada pembelajaran yang Merdeka belajar dan kehidupan sehari hari oleh Peserta didik secara aktif dan sistematis sehingga terciptalah Pribadi Yng berkarakter Baik.

1.      Persembayangan Tri Sandhya ( Bagi Hindu dan Umat Lain menjalankan sesuai dengan kepercayaan masing masing )

Dalam Ajaran Umat Hindu Persembayangan Tri Sandhya artinya Pergantian Waktu. Pada Aktivitas pembelajaran secara Tatap Muka, Persembayangan ini Biasanya dilakukan secara bersama antara Siswa dengan guru di lapangan sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar dan Pada siang hari tepatnya pukul 12.00 dengan menghentikan sejenak kegiatan dan melaksanakan persembayangan dari kelas masing masing secara bersamaan. Nilai Budaya yang dapat ditanamkan pada siswa adalah Selalu Mengingat Tuhan dan melakukan proses penyucian diri agar dapat menghilangkan Sifat sifat Negatif yang disebabkan oleh penggaruh sekitar dan meningkatkan pengaruh positif dalam diri manusia sehingga  tercipta kehidupan yang lebih baik, keharmonisan dan keseimbangan yang baik dengan sesama makhluk hidup maupun alam semesta. Pada Masa Pembelajaran Daring ini siswa menajalankan Persembayangan Trisandya dirumah masing masing dengan kesadaran sendiri dan kemauan diri sendiri, namun Guru tetap memberi motivasi untuk mengingatkan siswa dalam menjalankan persembayangan. Namun pada Siswa yang beragama Non Hindu tetap diajari untuk ikut melakukan persembayangan sesuai dengan Ajaran agama yang dianut. Kegaiatan kali ini saya tidak meminta siswa untuk mendokumentasi kegiatan persembayangan karena saya ingin mengajarkan kepada siswa untuk melakukan ajaran Keagamaan bukan karen atas perintah karena takut nilai rendah atau dimarahin, namun siswa dapat melakukan persembayangan karena kesadaran dari diri sendiri bahwa dia harus ingat Tuhan dan selalu memohon dan mengucap syukur kepada Tuhan, sehingga siswa dapat mempertanggungjawabkan kepada Tuhan, Sehingga kelak jika sudah dikehidupan sehari hari, mereka mampu menjalankan ibadah keagamaan tanpa harus diperintah.

2.      Siswa diberikan Kebebasan dalam Belajar, Menggerjakan Tugas dan Menggumpulkan Tugas

Sebagai Upaya Pencegahan Penyebaran Virus Corona, sejak awal Maret 2020 pemerintah telah menerapkan pembelajaran secara daring. Pembelajaran Daring Saya lakukan dengan menggunakan LMS  ( Learning Manajemen System ) Internal milik SMA Negeri 1 Amlapura dengan situs http://daring.sman1amlapura.sch.id. Siswa dapat mengakses materi dan menggumpulkan tugas melalui link tersebut. Pada pembelajaran Daring ini, melihat kondisi dan peralatan yang dimiliki oleh beberapa siswa yang sangat terbatas, maka saya tidak melakukan pembelajaran secara Video Conference, namun saya menyerahkan Materi dalam LMS dan Penjelasan materi melalui Voice Note di dalam Whatsapp Group. Hal ini bertujuan agar siswa yang terkendala sinyal, berbagi ala ( HP, Kompeter ) kepada oarangtua atau kakak beradik dapat mendengarkan penjelasan pada saat mereka ada waktu dan mereka dapat mendengarkan secara berulang ulang. Sehingga terciptalah pembelajaran yg merdeka belajar, kebebasan belajar di waktu yg tak ditentukan,kapan saja dan dimana saja. Berbeda jika melakukan pembelajaran secara Vcon, yang sangat sulit dijangkau oleh semua siswa dan tidak dapat diputar berulang ulang dan menghabisakan kuota yang cukup banyak daripada pembelajaran dengan Voice Note.  

Gambar 1. Contoh Voice Note dilakukan di Group Whatsapp





Gambar 2. Penyampaian Materi melalui LMS Sekolah


Penggumpulan Tugas dilakukan sesuai dengan kemampuan kreativitas siswa. Pada awal sebelum mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Tugas dikumpulkan hanya satu bentuk saja sesuai dengan keinginan Guru. Namun, sekarang setelah menerapkan merdeka belajar dan berpihak pada siswa, Siswa diberi kebebasan untuk menggumpulkan tugas terserah dalam bentuk apa saja namun tetap mengikuti topik pembelajaran sehingga pada saat penggumpulan Tugas, bentuk tugas yang terkumpul ada yang berbentuk Puisi, Video, tiktok dan artikel dan ada juga yang hanya sekedar menjawab. Namun semua bentuk karya saya terima karena menurut saya itu merupakan hasil karya siswa sesuai kemampuannya. Dampak positif yang saya rasakan ketika siswa diberikan kebebasan menggumpulkan tugas, dulunya siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran dan menggumpulkan tugas, sekarang ketika ia diberikan kebebasan dia menggumpulkan tugas walaupun terkadang tugasnya tidak semaksimal yang kita harapkan. Namun, saya tetap menerima tugas tersebut dan semakin memotivasi siswa untuk terus berinovasi, menggali kemampuan yang dimiliki, dan jangan pernah takut untuk berkarya.  Saya percaya, perlahan dengan dibiasakan siswa untuk berkarya sesuai dengan kemampuan dan kreativitas yang dimiliki siswa akan terlatih untuk Mandiri dan menciptkan hal hal yang baru, Perlahan dengan berjalannya waktu maka Budaya Menyontek ataupun Plagiat dalam diri siswa akan luntur dan tergantikan dengan Budaya yang terus berkarya dan berproses sehingga muncullah karakter karakter pemimpin masa depan yang mampu membangun Indonesia menjadi yang lebih baik.

Contoh Bentuk Penggumpulan Tugas Mata Pelajaran Sosiologi “Interkasi Sosial dan  Tindakan Sosial  “

Tugas Ni Kadek Erika Ariyanti  Link  https://vt.tiktok.com/ZSCfjx31/

Tugas I Kadek Rian Widiaputra Link https://youtu.be/ujUb3krSrtU

 


Tugas Ni Kadek Audrei Malika dalam bentuk Poster 










3.      Berkolaborasi dengan Guru BK dan Orangtua

Pendidikan Siswa tidak akan berhasil jika hanya dilaksanakan oleh satu Pihak saja yaitu Guru Bidang Studi, Namun pendidikan akan berhasil jika dilakukan secara berkolaborasi atau membangun Hubungan yang baik antara Guru Bidang Studi, Wali Kelas, Guru BK dan Orangtua. Pada Pertemuan ini, banyak hal yang dapat disampaikan ataupun di sharingkan oleh orangtua dan Guru, Seperti kendala yang dihadapi oleh Siswa dalam proses pembelajaran, Orangtua dalam menggawasi anaknya sehingga  permasalahan yang dihadapi dapat di selesaikan dengan mencarikan solusi yang tidak merugikan pihak manapun. Hal ini sangat baik untuk terlaksananya Merdeka belajar yang berpihak kepada siswa.

Gambar Pertemuan Guru/Wali Kelas, BK dan Orangtua Siswa














C.      Kesimpulan

Pendidikan itu merupakan suatu tuntutan di dalam hidup tumbuh kembangnya anak anak. Dimana Peran Pendidikan terutana seorang Pendidik harus menuntun anak sesuai kodrat yang dia miliki. Anak anak adalah manusia biasa yang mempunyai kepribadian, karakter, kemampuan , kekuatan, kreativitas yang berbeda beda sesuai dengan kodrat yang dimilikinya, sehingga kita sebagai pendidik tidak mempunyai hak untuk mengharapkan yang lebih dari kodrat mereka namun kita mampu menuntun tumbuh kembangnya mereka serta memperbaiki tingkah lakunya jika berjalan dijalan yang tidak benar. Seperti Seorang petani yang menanam padi, petani hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat ulat atau jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi ia tidak dapat menggantikan kodrat padinya. Misalnya ia tak dapat menggantikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung, dan tak dapat memelihara padi dengan cara memelihara jagung ataupun rambutan. Demikianlah Pendidikan, Walaupun pendidik hanya mampu untuk menuntun akan tetapi manfaatnya sangat berguna kelak dimasa depan yang akan datang. 


Salam dan Bahagia





Label: