Rabu, 09 Desember 2020

Berpihak atau Berpusat pada Siswa?

Tugas 1.4.a.9 Koneksi Antar Materi – Pentingnya Budaya Positif

Tugas berbentuk Artikel

 

Berpihak atau Berpusat pada siswa?

Oleh

Dwi Theresia Sipangkar, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan I
SMA Negeri 1 Amlapura
Kab. Karangasem, Bali

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan sebuah kompenen yang sangat vital ataupun inti dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa serta membebaskannya rakyatnya dari belenggu kebodohan yang mampu menghancurkan suatu bangsa. Oleh karena itu, Pendidikan  dijadikan sebagai alat  dan media untuk menggembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.

Seiring dengan itu, kita sudah menggalami beberapa kali pergantian kurikulum yang diharapkan dapat membantu dalam memajukan sistem pendidikan Indonesia. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Pola pikir masyarakat dan kemajuan masyarakat mempengaruhi perubahan kurikulum. Perubahan dilakukan oleh Para pemangku kepentingan, karena mereka mengganggap bahwa kurikulum yang sedang berlangsung tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu diadakan revitalisasi kurikulum. Usaha perubahan kurikulum dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter yang memahami jati diri bangsanya, menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia Internasional.

Tulisan kali ini saya awali dengan pertanyaan “ Mengapa Harus Pendidikan yang Berpihak kepada siswa?”. Pendidikan yang  berpihak dan berpusat  kepada siswa merupakan 2 hal yang mirip namun tidak sama. Selama ini kita telah mendengar Pendidikan Indonesia menggunakan kurikulum Pembelajaran yang berpusat kepada siswa, Padahal pada dasarnya yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah Pembelajaran yang berpihak kepada siswa?. Apa bedanya pembelajaran yang berpusat kepada siswa dengan pembelajaran yang berpihak kepada siswa?. Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah kegiatan pembelajaran yang dikonsep dan disusun dimana siswa harus aktif mencari, membaca , memahami pembelajaran tanpa harus menggandalkan pengajaran dari Guru. Dalam hal ini, siswa harus membaca materi sebelum pembelajaran dimulai agar jika guru memulai pembelajaran siswa dapat mempertanyakan apa yang tidak diketahui agar tercipta pembelajaran yang interaktif, namun jika siswa tidak memiliki minat baca yang tinggi maka tujuan pembelajaran yang berpusat pada siswa tidak dapat bercapai bahkan akan menghasilkan pembelajaran yang berpusat kepada guru.

Pada saat acara pembukaan Pendidikan Guru Penggerak, Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ) Nadiem Makarim secara virtual mengatakan “Cita cita kita hanya satu, pembelajaran yang berpihak kepada murid, pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan potensi murid tersebut”. Semenjak Nadiem Makarim memimpin dunia pendidikan, slogan berpusat kepada siswa seakan hilang dan berganti menjadi Berpihak kepada siswa. Mengapa Demikian?. Saya sebagai seorang guru yang sedang menggikuti pendidikan Guru penggerak mulai menyadari ternyata Berpusat dan berpihak itu sama namun berbeda. Persamaan dalam pengaplikasian slogan tersebut menggandung makna bahwa pusat pembelajaran pada siswa, siswa harus lebih aktif dan berinovasi. Lalu apa perbedaan dari kedua slogan tersebut? . Berpusat pada siswa belum tentu siswa dapat aktif karena metode pembelajarannya yang menyamaratakan kemampuan siswa tanpa harus melihat latar belakang siswa, berbeda dengan Pembelajaran yang berpihak  pada siswa, yang dimana guru harus menggenal bakat, minat, kemampuan siswa dan menyesuaikan pembelajaraan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Pemikiran pembelajaran yang berpihak kepada siswa tidak dapat dilepaskan dari peran penting dari Bapak Kihadjar Dewantara. Dasarnya tujuan dari pembelajaran yang berpusat kepada siswa dengan berpihak kepada siswa adalah sama, yaitu menggarakan tujuan pendidikan dalam empat dimensi yaitu tujuan jasmani, akal, rohani dan sosial. Jika menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, peran Pendidik sebagai Fasilitator dan Motivator . Sedangkan berpihak kepada siswa, peran pendidik sebagai Mitra belajar bagi siswa.

Pembelajaran Berpihak Pada Siswa

Secara Umum, Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuh kembangkanya anak – anak, yang dimana menuntun segara kodrat yang ada pada anak – anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Misalnya jika seorang anak melakukan perbuatan yang tidak baik, anak tersebut seharusnya bukan dihukum namun dinasehati  dan dituntun agar anak tersebut semakin berbudi pekerti yang baik.  Sebelum kita menggetahui proses penerapan pembelajaran yang berpihak kepada siswa ada baiknya kita menggenal nilai dan peran guru di sekolah. Untuk mewujudkan Pembelajaran yang berpihak kepada siswa maka seorang pendidik selain harus menguasai Kompetensi guru yang meliputi kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi sosial dan Kompetensi Profesional  seorang guru harus mengetahui peran dan nilai yang harus dimilikinya untuk diterapkan pada saat melakukan pembelajaran.  Nilai nilai yang harus dimiliki oleh Guru adalah Inovatif, Kolaborasi, Reflektif, Mandiri dan Berpihak kepada murid. Dalam hal ini Peran Guru adalah Menerapkan pembelajaran Student Wellbeing, Menuntun anak sesuai dengan kodratnya, Menerapkan Panca Darma Pembelajaran, Menerapkan pembelajaran sesuai dengan profil pelajar pancasila, Menghamba pada anak.

AdapunLangkah – Langkah dalam menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada siswa  dan merdeka belajar adalah

1.     Kenali Kodrat Siswa

Setiap manusia terlahir dengan memilliki kodrat ataupun kepribadian yang berbeda beda. Tidak ada manusia yang terlahir memiliki kepribadian yang sama bahkan anak kembar saja memiliki kepribadian yang berbeda. Dalam menggenali kodrat siswa seorang guru harus melakukan kerja sama dan menjalin komunikasi yang baik antara Teman Sejawat, Orangtua Siswa, Pemangku Kepentingan disekolah dan tokoh tokoh masyarakat yang mendukung pendidikan. Arti dalam menggenali kodrat siswa disni adalah seorang guru harus menggetahui latar belakang keluarga siswa, Bakat dan kemampuan yang ia miliki, dan kepribadian siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan Melakukan wawancara kepada orangtua siswa, Melihat data data siswa saat mendaftar sekolah, melakukan kunjungan rumah, melakukan tes kepribadian bahkan dengan melakukan sistem angket yang disrahkan kepada siswa. Tujuan dalam menggenali kodrat siswa agar guru mampu menentukan metode, model bahkan konsep pembelajaran yang akan dilakukan.

2.     Posisikan diri sebagai Manager

Banyak orang  tidak menyadari bahwa posisi guru di dalam kelas mempengaruhi perkembangan dan tingkah lakunya. Menghamba dan berpihak pada  siswa bukan bearti seorang siswa boleh sesuka hati bertindak kepada gurunya sehingga kewibawaan seorang guru hilang.  

Perhatikan Posisi Guru pada bagan Berikut  ; 




Setelah kamu menggamati bagan tersebut kamu termasuk posisi guru di bagian manakah?

Posisi guru yang tepat dalam melakukan pembelajaran yang berpihak kepada siswa adalah Guru sebagai Manager Kelas. Peran guru sebagai manager didalam kelas adalah Merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.

3.     Buat dan Terapkan Kesepakatan Kelas

Manfaat dari penerapan kesepakatan kelas agar tercapainya pembalajaran yang berpihak kepada siswa. Kesepakatan kelas yang dilakukan oleh Guru dan Siswa tanpa adanya paksaan dan Ancaman. Kesepakatan kelas yang telah disusun bukan merupakan unsur aturan yang berisi hukuman ataupun pemberian hadiah, namun kesepakatan yang akan dilaksanakan secara terus menerus dari kesadaran diri sendiri. Cara melakukan Kesepakatan kelas adalah

1.      Tanya Pendapat Siswa

Berikan kepada setiap siswa untuk menyampaikan hal hal yang membuat ia tidak nyaman di dalam kelas dan harapan yang ingin dilakukan dan ia capai dalam kelas. Dengan demikian siswa mampu menceritakan kelas impian yang ingin ia lakukan.

2.      Tanyakan Ide dari Murid untuk mencapai Kelas Impian

Setelah siswa menceritakan Impian kelas yang ingin dicapai, berikan kembali ia waktu untuk menceritakan Harapan tentang kelasnya, baik dari hubungan teman, suasana kelas maupun harapannya dari Guru. Setiap Harapannya dapat dituliskan/Tempelkan dipapan harapan depan kelasnya. Kegiatan ini akan lebih efektif dalam menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada siswa daripada guru harus memberikan aturan aturan yang pada dasarnya tidak dapat menumbuhkan budaya positif dalam diri siswa.

3.      Ambil Kesimpulan Dari Ide Murid

Setelah setiap siswa menuliskan ide mencapai kelas impian, kembali diskusikan secara bersama dengan siswa untuk memastikan kesepakatan tersebut dibutuhkan di dalam keals atau tidak. Jika ada kesepakatan yang kurang, silahkan guru memandu siswa agar memahami kekurangan tsb untuk disepakati, jika ada yang tidak diperlukan kesepakatan tersebut boleh dihilangkan.

4.      Ubah Ide menjadi Kesepakatan Kelas

Setelah menyimpulkan seluruh ide, tuangkanlah ide tersebut dalam sebuah poster sehingga terbentuklah kesepakatan kelas. Kalimat yang disusun dalam kesepakatan kelas berupa kalimat Positif  Hindari penggunaan kata Jangan dan Dilarang, Contoh Jangan berlari menjadi Jalan dengan Hati hati. Pastikan kesepakatan kelas tidak terlalu banyak agar mudah dipahami dan dijalankan siswa.

5.      Tekankan Nilai psitif dari setiap kesepakatan

Setelah tersusun Kesepakatan kelas, Guru menjelaskan setiap nilai positif  dari kesepakatan yang telah dibuat. Contoh Kesepakatan Kelas , Kami Guru dan Murid saling menyanyangi. Maka nilai positif dari kesepakatan tersebut adalah nilai saling menyanyangi.

6.      Tandatangani Kontrak Kesepakatan

Untuk memiliki rasa kebersamaan dan rasa memiliki satusama lain, Guru dan siswa untuk menandatangani/pemberian cap,/pemberi nama pada lembar kesepakatan kelas.Lalu letakan poster kesepakatan kelas ditempat yang dapat dilihat oleh seluruh siswa dan guru.

7.      Lakukan Refleksi Kontrak Kesepakatan Kelas

Refleksi kontrak kesepakatan kelas dilakukan agar dapat meninjau kembali jika ada kesepakatan yang perlu diganti, dihilangkan ataupun ditambahin sesuai dengan kondisi kelas pada saat itu.

4.     Perhatikan Metode dan Model Pembelajaran

Penentuan model dan metode pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap terciptanya pembelajaran berpihak pada siswa dan pembelajaran yang menyenangkan sesuat dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Lakukan refleksi setelah melakukan Pembelajaran apakah model dan metode tersebut sangat diminati atau tidak oleh siswa. Usahakan setiap pertemuan menggunakan model ataupun metode yang berbeda agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dengan metode yang sama.

Kesimpulan

Pendidikan yang dilakukan oleh Guru dan orangtua terhadap anak didiknya pada umumnya berdasarkan pada cara kebiasaaan yang dilakukan secara terus menerus. Pendidikan yang berpihak kepada siswa adalah proses memanusiakan manusia yakni pengangkatan manusia ke taraf Insani. Oleh karena  itu Guru harus mendididk dengan  lebih mmerdekakan manusia dari aspek batin seperti dalam hal berpikir, menggambil keputusan, martabat dan mentalitas demokratik sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. 


Label:

1 Komentar:

Pada 9 Desember 2020 pukul 18.47 , Blogger DESY GIRSANG mengatakan...

Mantap.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda