Hakekat Antropologi
Antropologi
Sebagai Ilmu Yang Mempelajari Keanekaragaman dan kesamaan Manusia Indonesia
A.
Hakikat
Antropologi
Antropologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Anthropos yang bearti Manusia, Logos
yang bearti ilmu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Antropologi adalah ilmu
tentang manusia, khususnya tentang asal usul, aneka warna, bentuk fisik, adat
istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau. Bapak Antropologi Indonesia
adalah Koentjaraningrat. Menurut Koentjaraningrat bahwa antropologi adalah ilmu
yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai warna,
bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Antropologi
mempelajari seluk – beluk yang terjadi dalam kehidupan kultural masyarakat
dewasa ini.
B.
Objek
Kajian Antropologi
Semua
ilmu social budaya mengkaji kehidupan manusia. Akan tetapi, setiap cabang ilmu
social budaya memiliki fokus kajian sendiri – sendiri. Ilmu Antropologi
merupakan ilmu pengetahuan modern yang dapat digunakan untuk mengkaji dan
memahami berbagai suku bangsa ( etnis) yang ada di Indonesia dan suku Bangsa di
berbagai penjuru Dunia. Objek Kajian Antropologi adalah Manusia dalam
kedudukannya sebagai individu, masyarakat, suku bangsa, kebudayaan dan
perilakunya.
Masalah
yang menjadi objek kajian antropologi adalah
1. Sejarah
asal dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis
2. Sejarah
terjadinya beragam manusia berdasarkan ciri ciri tubuh
3. Asal,
perkembangan, persebaran dan terjadi keragaman bahasa yang diucapkan manusia
4. Perkembangan,
persebaran, dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia
5. Asas
– Asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa
C.
Perkembangan
Antropologi
Sebagai
ilmu, Antropologi mengalami tahapan perkembangan. Koentjaraningrat menyusun
perkembangan antropologi menjadi empat fase sebagai berikut
A.
Fase
pertama
Perkembangan Ilmu Antropologi dimulai
sejak abad ke 15 s/d 16. Pada saat itu bangsa – bangsa di Eropa mulai
menjelajahi dunia, mulai dari Afrika, Amerika, Asia hingga Australia. Banyak
hal baru yang mereka lihat dan alami, antra lain pengalaman mereka bertemu
dengan suku susku asing. Perjalanan ini mereka catat pada buku harian ataupun
jurnal perjalanan. Dalam catatan tersebut tidak lupa mereka mencatumkan ciri –
ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat hingga bahasa yang digunakan suku –
suku asing.
Bahan bahan yang berisi deskripsi suku
suku tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang
bangsa – bangsa. Bahan etnografi itu menrik perhatian pelajar eropa, kemudian
pada permulaan abad ke 19, perhatian bangsa eropa terhadap bahan bahan
etnografi suku – suku di luar Eropa dari sudut pandang ilmiah bertambah besar.
Oleh karena itu, muncullah gagasan agar seluruh Himpunan bahan Etnografi
tersebut diintegrasikan.
B.
Fase
Kedua
Pada fase ini, bahan bahan etnografi
telah disusun menjadi karangan – karangan berdsarkan pendekatan evolusi
masyarakat. Sekitar tahun 1860, muncullah karangan – karangan yang
mengklasifikasikan aneka ragam kebudayaan di dunia berdasarkan tingkat evolusi
dari yang primitive ( masyarakat di luar bangsa eropa barat) sampai pada
kebudayaan manusia tertinggi, yaitu pada masyarakat Eropa Barat.
Dalam fase kedua ini, etnografi
berkembang menjadi ilmu antropologi.
Pada fase ini, Antropologi bertujuan akademis yaitu mempelajari masyarakat
dan kebudayaan primitive untuk memperoleh pemahaman tentang tingkatan sejarah
penyebaran kebudayaan manusia.
C.
Fase
Ketiga
Pada
fase ketiga, koloni koloni di Benua Asia, Amerika, Australia dan Afrika
dibnagun oleh Negara Negara Eropa. Untuk mengatasi berbagai kendala, seperti
serangan dari bangsa asli dan berbagai pemberontakan, pemerintah colonial Eropa
berusaha mencari kelemahan suku asli untuk menaklukkannya. Untuk itu, Mereka
mulai mempelajari suku – suku bangsa di Luar Eropa dan mempelajari ilmu praktis
yang bertujuan untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku suku bangsa di
luar Eropa.
D.
Fase
Keempat
Pada Fase ini, Antropolgi mengalami
perkembangan yang luar biasa. Bahan pengetahuan yang diteliti semakin
bertambah. Metode ilmiahnya semakin tajam. Timbulnya antipasti terhadap
kolonialisme sesudah perang dunia II dan mulai musnahnya bangsa bangsa
primitive yang terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa dan Amerika mendorong
Antropologi untuk mengembangkan Lapangan penelitian dengan pokok dan tujuan yang
baru.
Pada fase ini, pokok tujuan dan ruang
lingkup antropologi tidak lagi ditujukan pada suku suku bangsa di Luar Eropa,
tetapi pada manusia di daerah pedesaan pada umumnya. Dengan demikian,
Antropologi mempunyai tujuan baru yaitu mencapai pengertian tentang manusia
pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisik, masyarakat, dan
kebudayaannya. Ilmu antropologi mulai bersifat akademis dan sekaligus praktis.
Ilmu antropologi bersifat akademis
karena ilmu ini bertujuan untuk memahami manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka bentuk fisik, masyarakat, serta kebudayaan. Ilmu antropologi
bersifat praktis karena ilmu antropologi mempelajari manusia dalam beragam suku
bangsa yang bertujuan untuk membangun masyarakat suku bangsa itu.
Label: Hakekat Antropologi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda